Bolehkah Mahasiswa Demo Anarki?



Aku bermimpi mahasiswa indonesia itu aktif melakukan perubahan. Perubahan ke arah yang lebih baik pada pemerintahan. Bermimpi mahasiswa mau menyampaikan aspirasi dengan cara cara yang humanis bukan dengan cara cara binatang. tapi apakah bisa itu terjadi di negara ini?

Kemarin saya sangaat miris melihat mahasiswa di pukuli aparat karena berdemo menolak sebuah kebijakan yang disahkan pemerintah. Saya tidak tahu kasus pastinya bagaimana. Tapi melihat kenyataan aparat memukuli mahasiswa itu sangat menyedihkan. Saya tidak menyalahkan aparat ataupun juga mahasiswa sendiri. Namun bukankah sekiranya lebih baik jika kedua belah pihak menghindari kejadian seperti itu.  

    Saya sering mendapat undangan untuk berorasi turun kejalan melalui media internet karena saya aktif sebagai aktifis di media internet.  dari analisa saya atas semua keterangan keterangan yang di berikan oleh teman teman di dunia maya, saya mendapat kesimpulan bahwa alasan kenapa mahasiswa menjadi beringas ketika berorasi adalah karena tidak ada satupun wakil dari pemerintah yang menemui mereka untuk berdiskusi atas segalah permasalahan yang terjadi.

Alasan lainya adalah karena mahasiswa benar benar muak melihat kelakuan wakil rakyat. Dimulai dari bolos rapat sampai oknum yang melakukan seks bebas dan melihat film film porno. Bagaimana tidak muak, mereka dibayar oleh rakyat puluhan juta perbulan untuk menyampaikan aspirasi rakyat di sidang sidang DPR. Bagaimana mungkin mereka menyampaikan aspirasi jika rapat saja mereka tidak hadir.

Disini terjadi ketidak jelasan. Pancasila menjadi rancu ketika demokrasi tidak dijalankan sesuai undang undang dan  berlandaskan hati nurani. Masyarakat bingung apa yang harus dilakukan. Mereka datang ke gedung DPR ataupun DPRD untuk menyampaikan aspirasi, tapi wakil rakyat tidak mau menemui. Lalu jika hal tersebut terjadi, apa yang harus dilakukan mahasiswa? Tetap diam dan aspirasi tak tersampaikan atau menyampaikan ke parpol tertentu tapi aspirasi tak sampai ke rapat DPR karena anggota fraksi bolos rapat??

Kemarin saya mendapat informasi dari media bahwa duta besar indonesia menolak kunjungan wakil rakyat ke swiss dengan alasan dari  kunjungan itu tidak relevan dan tidak berguna . ditambah lagi kunjungan itu  tidak lebih dari 70 persen untuk urusan negara. Artinya 30 persen lebih adalah urusan wisata. Wakil rakyat macam apa ini. Pergi dengan uang rakyat tapi disana tidak memanfaatkan 100 persen dana yang dihabiskan untuk kepentingan rakyat malah untuk kepentingan pribadi. Bayangkan jika seandainya waktu kunjungan 10 hari dan Cuma 6 hari untuk  kerja dan 4 hari untuk wisata.

Dalam sebuah berita juga pernah ditayangkan kalau suatu saat ada beberapa anggota DPR melakukan studi banding kesebuah negara namun DPR nya di negara tersebut sedang reses. Artinya gedung DPR nya kosong. Lalu buat apa mereka datang untuk melakukan study banding jika obyek study bandingnya saja tidak ada. Sudah jelas tujuan mereka kesana adalah wisata dengan uang RAKYAT. Mana mungkin sebuah negara dengan duta besarnya bisa salah koordinasi yang sangat fatal dan merugikan uang negara seperti ini.  Apa mungkin duta besarnya tidak tahu jadwal sidang DPR disana?? Kalau memang begitu percuma ada duta besar macam itu. lebih baik kita tutup kedutaan disana karna sangat mempermalukan profesionalisme pejabat indonesia.

Hal yang memalukan anggota dewan di negeri orang adalah ketika kunjungan mereka ke Australia. Mereka melakukan jumpa pers di sana dengan para orang indonesia yang ada di sana. Melakukan tanya jawab lah istilahnya tentang study banding tersebut. Dari setiap pertanyaan yang sangat kritis dari peserta, ternyata jawaban dari anggota DPR tidak mengena melainkan berputar putar pada hal lain dan juga melambatkan tempo pembicaraan supaya acara itu cepat selesai. Acara itu  beralngsung sangat singkat karna DPR beralasan sibuk.

Bagian terlucu di akhir acara itu adalah ketika ada penanya yang bertanya “kenapa gak pake teleconference saja sih pak ? “ maksud pertanyaan itu adalah daripada melakukan study banding yang mahal kan bisa diganti dengan teleconference.. tapi dijawab oleh seorang anggota DRP “wah itu sulit teknisnya. Peserta pun tertwa terbahak bahak. Bayangkan anak SMP sajasudah tahu yang namanya skype. Bahkan adik saya yang belum bersekolah saja suda mampu berskype nan ria dengan saya yang notabene saya ada di luar kota.
Lalu ada anggota DPR menutup acara dengan berkata kalau ada pertanyaan yang ingin di ajukan bisa mengirimkan ke email kami. Pas di tanya emailnya apa jawabnya komisi8@yahoo.com << setelah di cek ternyata tidak ada , komisidelapan@yahoo.com , K0m1518@yahoo.com pun tidak ada. Dan lebih aneh lagi sebuah lembaga negara menggunakan email gratisan seperti itu sungguh sangat sangat tidak mungkin. Peserta pun menjadi ricuh. Begitulah baru ditanya email saja mereka berbohong!!

Dan di kunjungan itu parlemen australia juga libur. Sungguh sia sia kunjungan memakan biaya 800 juta itu gak menghasilkan kebaikan bagi rakyat.

Ditambah lagi ada pernyataan  dari seorang ketua DPR :

Jakarta - Ketua DPR Marzuki Alie menuturkan semua studi banding sudah disesuaikan dengan buku panduan. Menurutnya sangat manusiawi bahwa ada anggota DPR yang berjalan-jalan di sela-sela kunjungan kerja ke luar negeri.

"Mengenai studi banding sudah jelas ada buku panduannya, bagaimana pelaporannya, bagaimana menentukan negara tujuan," ujar Marzuki saat menemui mahasiswa UI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (13/5/2011).

Namun dalam praktiknya, menurut Marzuki, boleh saja anggota DPR berinisiatif. Apalagi kalau jadwal kunjungan kerja ke luar negeri tidak terlalu padat.

"Bahwa ada waktu kosong satu hari mereka kemana-mana itu menurut saya manusiawi," tuturnya.

Termasuk seperti anggota BURT DPR ke Stadion Manchester United sampai berbelanja kaos di London, menurutnya wajar. Hal tersebut dipandang sebagai hal yang membawa manfaat bagi anggota DPR.

"Jalan-jalan kemana, belanja banyak karena sudah membawa uang sendiri, melihat museum, melihat apa lagi, itu menurut saya menambah manfaat terkait kepergian itu," tuturnya.


Dengan kejadian yang salah satunya saya sebutkan diatas apakah dapat disalahkan jika mahasiswa marah? Sungguh saya tidak bisa menemukan jawaban atas pertanyaan itu..

Category:

1 komentar:

Dwi Wahyuni MB mengatakan...

guud tulisannya. (y) makasih info-infonya salam kenal yah

Posting Komentar