Demokrasi sampah

Demokrasi itu sampah. Tahu kenapa? Karena pada prinsip demokrasi, kebenaran itu adalah suara mayoritas ataua suara terbanyak. Sering kita jumpai dimana negara negara di dunia yang mengatasnamakan demokrasi sebagai dewa mereka malah hancur berkeping dimulai dari aspek sosial sampai aspek pemerintahan. Dalam demokrasi, membunuh orang lain itu halal, membantai orang lain itu halal, bahkan memusnahkan suatu kaum itu halal dengan syarat dewan parlemen menyetujui undang undang yang menghalalkan pembantaian.
Masyarakat awam selalu berpikir demokrasi adalah sistem terbaik bagi negaranya, tapi jika kita menelisik lebih jauh, demokrasi sebenarnya merupakan alat untuk merancukan/menutupi keculasan para pemimpin. Dalam hukum perpolitikan, jika rakyat lemah maka pemerintah kuat dan sebaliknya. Dalam demokrasi rakyatlah yang kuat, iya rakyat kuat dalam teorinya. Tapi dalam praktek rakyat ditipu oleh bajingan bajingan politik yang menyenangkan rakyat dengan propaganda bangsatnya dengan laporan laporan keberhasilanya yang di klaim secara sepihak itu. Pemerintah seperti bergerak di balik layar lalu muncul dengan keberhasilan, menyiapkan konspirasi, dimulai dari munculnya masalah sampai penyelesain yang dilakukan pemerintah dengan ending pemerintah menjadi pahlawan itu telah disusun rapi melalui komunikasi komunikasi gelap yang jika ada orang mencoba masuk dan membongkar jaringan gelap itu , maka orang tersebut akan berakhir di penjara atau bahkan di bunuh di tempat. Tak lepas dari aparat penegak hukum tentunya.
Saya lebih setuju socrates yang menyatakan bahwa demokrasi itu cocok untuk ruang lingkup kecil namun bukan negara. Negara harus di pimpin oleh orang yang punya karakter kuat dan tidak mudah tunduk pada kemauan rakyat. Pemimpin harus memiliki karisma. Salah satu ciri pemimpin yang punya karisma adalah pemimpin yang di dukung oleh rakyatnya dalam proses pemerintahanya, bukanya pemimpin yang di hujat dengan hujatan “sang kebo lemot”. Pemimpin lemot tidak pantas jadi pemimpin bahkan jadi manusia pun menurut saya tidak pantas. Apalagi kalau pememimpin sperti itu tidak memiliki karakter, hari ini bilang mendukung dalam praktek malah menghalang halangi, cara cara seperti ini saya sebut dengan “pemerintahan tangan besi versi leluconya”. Tiap hari disuguhi pidato tentang pencitraan, tentang propaganda, tentang curhatan pribadi. Kita lihat bung karo di bom pake granat, apa dia curhat? Apa dia bilang pada rakyat “hari ini saya di bom oleh orang yang tidak suka pada saya hikz hikz”??? apa kita pernah dengan ahmadinejad mengeluh mau di bunuh? Apa kita pernah dengar hugo chaves mengeluh dimata matai amerika? Apa pernah kita lihat videl castro mengeluh mau di bunuh oleh orang orang amerika. Jawabanya tidak, bukan karna informasi itu tidak sampai pada kita karna kita beda negara, tapi karena mereka adalah pemimpin yang kuat, pemimpin yang berkarakter yang berprinsip kuat.
Kembali ke sistem demokrasi. Apa sih hebatnya demokrasi?? Kebebasan berpendapat?? Siapa bilang berpendapat itu bebas, berpendapat itu dibatasi sesuai undang undang brooo.. beda dengan demokrasi nya amerika dan eropa, disana sangat bebas, kritikan tajam bahkan joke tentang presiden saja boleh. Siapa bilang demokrasi itu murni diterapkan. Kalau demokrasi benar benar di terapkan , badan intelejen itu tidak dibutuhkan di dalam negeri. Siapa bilang kekuasaan di tangan rakyat?? Kekuasaan itu mutlak di tangan pemimpin. Kalau kekuasaan benar benar di tangan rakyat, pasti rakyat menginginkan pajak 0 persen dan pemberian tunjangan kepada rakyat miskin. Mau bukti?? Penurunan tingkat pajak dan tunjangan kesehatan adalah faktor utama yang membuat obama jadi presiden amerika. Inilah bukti betapa rakyat ingin yang enak enak.. Nyatanya pajak di negara bukan berdasarkan keinginan rakyat. Kalau menurut saya yang notabene adalah masyarakat, kita bisa subtitusi tagihan pajak rakyat miskin di tanggung oleh orang kaya dalam artian pajak hanya berlaku bagi orang kaya.
Kemarin saya membaca sebuah berita, disitu diceritakan tentang parlemn sebuah negara... begini ceritanya. Jadi suatu ketika ada program yang di bahas dalam parlemen tentang korupsi yang menyangkut seorang anggota partai “A” yang notabene adalah partai yang di pimpin oleh presiden di negara itu. Partai lain mati matian supaya koruptor itu di penjara. Disisi lain ketika rapat anggaran APBN negara itu di indikasikan ada korupsi, semua anggota rapat itu saling membela. Wah hebat nian politikus jaman sekarang. Masalah duit dari lawan bisa jadi kawan..hahaha

Category:

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Ya, memang resiko dari demokrasi, jika undang - undang ataupun peraturan ditentukan berdasarkan suara terbanyak...

Posting Komentar