"Mengenai studi banding sudah jelas ada buku panduannya, bagaimana pelaporannya, bagaimana menentukan negara tujuan," ujar Marzuki saat menemui mahasiswa UI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (13/5/2011).
Namun dalam praktiknya, menurut Marzuki, boleh saja anggota DPR berinisiatif. Apalagi kalau jadwal kunjungan kerja ke luar negeri tidak terlalu padat.
"Bahwa ada waktu kosong satu hari mereka kemana-mana itu menurut saya manusiawi," tuturnya.
Termasuk seperti anggota BURT DPR ke Stadion Manchester United sampai berbelanja kaos di London, menurutnya wajar. Hal tersebut dipandang sebagai hal yang membawa manfaat bagi anggota DPR.
"Jalan-jalan kemana, belanja banyak karena sudah membawa uang sendiri, melihat museum, melihat apa lagi, itu menurut saya menambah manfaat terkait kepergian itu," tuturnya.
Lagu Leaving on a Jet Plane milik John Denver terdengar lirih dari balik ponselku yang sedikit memecah kesenyapan malam itu. Sementara kami masih berada dalam mobil angkutan yang melaju menembus kabut tebal sepanjang perjalanan Serayu ke Bambangan. Kabut tebal ini membuat saya kagum sekaligus sedikit khawatir. Belum pernah saya melihat kabut setebal ini, bahkan apa yang ada pada jarak 1 meter di depan sama sekali tak terlihat. Semuanya serba putih oleh titik air yang terdispersi oleh cahaya. Saya juga sedikit menyimpan rasa heran pada sopir mobil angkutan ini yang tetap mampu menggunakan instingnya melewati jalan pegunungan yang berkelok-kelok. Hampir 12 jam kami menempuh perjalanan dari Solo. Dan ini adalah alat transportasi terakhir yang kami gunakan untuk sampai ke Bambangan, desa terakhir di kaki Gunung Slamet.
Semua bermula dari sedikit niatan iseng saya yang menjadi pengangguran selama musim liburan kali ini untuk mengajak beberapa teman mendaki ke Slamet. Dari belasan orang yang saya ajak, akhirnya hanya lima orang yang ikut dalam misi petualangan menaklukkan gunung tertinggi kedua di ranah jawa ini: Rudy, Bernard, David dan Yoga, termasuk saya.
Senin pagi (5, 9/11), kami berkumpul di Terminal Tirtonadi. Rencana awal kami ingin menaiki bus yang langsung menuju Purwokerto. Namun, bis yang sedianya kami harapkan ternyata sudah berangkat. Alhasil, kami terlebih dahulu harus ke Terminal Giwangan, Jogjakarta, untuk mencari bus jurusan Purwokerto.
Setibanya di Terminal Purwokerto, kami berjumpa dengan tiga pendaki dari Tasikmalaya yang baru saja turun. Dari mereka, saya sedikit mengorek informasi tentang kondisi dan situasi paling “gress” Gunung Slamet. Keharusan memakai ranger (porter) dan kondisi medan menjadi topic percakapan kami sembari beristirahat untuk shalat maghrib. Sebagai kenangan, mereka memberikan 2 dirigen air untuk kami.
Di terminal ini, kami meneruskan perjalanan menuju Bobotsari dengan microbus dan turun di pertigaan Serayu. Setibanya di Serayu, kami langsung disambut oleh sopir angkot yang menawarkan jasa untuk mengantarkan kami ke Bambangan. Sebagai kawasan kota terakhir, di sini kami melengkapi perbekalan dan menikmati makan malam dengan dua porsi sate kambing untuk lima orang.
Kondisi malam di Bambangan sebenarnya tak terlalu dingin tapi kabut amat tebal. Kami yang berencana untuk mendaki pagi hari memutuskan untuk mendirikan tenda dan bermalam di Pondok Pemuda. Hal ini kami lakukan karena basecamp sudah tutup mengingat hari sudah larut malam.
Selasa (6, 9/11) Pagi hari ketika akan shalat subuh di masjid yang notabene berada di bawah Pondok Pemuda, saya dan Bernard berpapasan dengan tiga pendaki dari Surabaya yang baru saja tiba di Bambangan. Merekalah yang akhirnya menemani petualangan kami.
Setelah repacking, sarapan, dan membereskan administrasi, kami berdelapan mulai mendaki ditemani oleh seorang porter, Pak Kamen (Nama Samaran).
Problematique
Beberapa Elang Jawa terlihat terbang, mengalihkan kekaguman kami ketika melintasi ladang perhutani yang sangat terik, kering, dan berdebu. Ya… setelah lebih dari satu jam melewati perkebunan warga sejak pukul 09.00 pagi tadi, kami mengambil break sejenak sambil bercerita tentang pengalaman mendaki kami dengan tiga orang Surabaya tadi.
Sinar matahari memancar langsung tanpa halangan membakar kulit kami. Vegetasi pepohonan di perhutani tak begitu rapat. Bahkan, akhir-akhir ini kata Pak Kamen kebakaran sering terjadi akibat kondisi yang kering dan berdebu. Sementara itu hujan sudah tak turun selama berbulan-bulan. Di depan, Pos I sudah mulai terlihat tetapi masih menyisakan satu jam lagi untuk bisa sampai di sana. Ini diperparah dengan medan yang terus menanjak sejak keluar dari area perkebunan warga tadi.
Setelah menapaki jalan selama hampir 2 jam, kami tiba di Pos I. Di sini, kami mengambil break agak lama sambil makan jeruk dan menjemur pakaian kami yang basah oleh keringat. Shelter yang ada di pos ini cukup besar dan cocok untuk digunakan dalam beristirahat di siang hari. Pemandangan Kota Purbalingga mulai bisa terlihat dari sini. Dari Pos I, kami berpisah dengan tiga pendaki dari Surabaya tadi.
Pada awal perjalanan menuju Pos II, Pondok Lawang, Yoga mengalami keram. Maklum ini pendakian pertamanya. Syukur Alhamdulillah yah, dia masih bisa melanjutkan perjalanan. Selepas dari Pos I, vegetasi pepohonan mulai agak rapat karena sudah memasuki area hutan gunung. Meskipun demikian, medan pendakian tetap terasa berat karena tracknya terus menanjak. Ketidaktersediaan air membuat kami mau tak mau harus menghemat air. Alhasil, sepanjang perjalanan kami hanya melepaskan dahaga dengan makan jeruk. Lebih dari 1 jam berjalan, kami tiba juga di Pos II.
Perjalanan yang masih panjang membuat kami harus beranjak segera dari Pondok Walang. Kondisi medan menuju pos III lebih panjang. Saya, David, dan Rudy leading di depan terpisah jauh dengan Yoga dan Bernard yang ada di belakang karena cedera. Bahkan, Kami sempat menunggu cukup lama di Pos III, Pondok Cemara. Di sini juga lah kami berdelapan akhirnya bersama lagi.
Perjalanan berlanjut ke Pos IV, Pondok Samaranthu. Sama seperti kondisi medan sebelumnya, tak ada diskon yang menyapa kami. Kali ini perjalanan terasa lebih cepat karena tak ada 1 jam selepas dari Pondok Cemara tadi. Stok nutrisari yang setia menemani pelepas dahaga kami habis di pos ini. Keinginan untuk sampai di Pos VII sebelum petang membuat kami bergegas kembali, mengingat waktu sudah menunjukkan hampir ashar.
Di Pos V, Samyang Rangkah, terdapat sebuah shelter, Kami break cukup lama di sini karena harus sholat. Pendaki dari Surabaya dan Pak Kamen memutuskan untuk meninggalkan kami. Pemandangan Kota Purwokerto dan Purbalingga semakin terlihat jelas dari sini. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami akhirnya sepakat memutuskan untuk mengecamp di Pos VII dan melanjutkan ke puncak keesokkan harinya. Tak ingin terlena, kami segera mengejar waktu untuk bisa sampai di Pos VII sebelum petang.
Pos VI berada setengah jam dari pos V. Namun, kami tak berhenti dan terus melanjutkan perjalanan. Saya dan David leading di depan. Keletihan David mulai menampakkan hasil. Sepanjang perjalanan menuju Pos VII, dia sering meminta break. Saya sendiri yang tak ingin kehilangan waktu terus memaksa dan menyemangatinya untuk bergegas karena sudah hampir jam 06.00 sore. Dia meminta untuk berganti ransel. Saya menyerahkan carier saya yang lebih berat ditukar dengan daypack yang ia bawa. Tak lama setelah itu, kami tiba juga di Pos VII.
Pemandangan di sekitar pos VII tak jauh beda dari yang ada di pos V tadi. Bedanya, kali ini tempatnya lebih tinggi. Di sini juga terdapat shelter untuk bermalam. Setelah ini masih ada Pos Pelawangan, sebelum tiba di puncak. Pos ini bernama Samyang Kendhit. Ada sebuah kesia-siaan yang dilakukan Rudy di sini. Dome yang ia bawa serasa tak berguna karena memang kami tak memerlukannya. Shelter di sini cukup tertutup untuk bisa menahan angin karena dilengkapi dengan pintu. Kami tidur di atas dipan kayu yang muat untuk 6 orang. Sedangkan Kawan kami yang berasal dari Surabaya tidur di bawah dipan kami dengan mendirikan tenda, termasuk Pak Kamen yang berada di dalamnya.
Setelah membersihkan dan merapikan tempat untuk beristirahat, mulailah kami memasak. Sedikit hal yang kami sesali di sini adalah kecerobohan dan keborosan kami dalam menggunakan air untuk membuat mie dan minuman hangat, entah itu kopi, susu, ataupun teh. Penggunaan air untuk hal-hal tersebut baru menjadi kendala ketika pagi buta kami tersadar bahwa air yang kami miliki tinggal dua botol untuk summit attack dan perjalanan turun. Hal ini karena kami memakainya untuk menanak nasi. Belum lagi saya juga sempat membuat bandrek untuk menghangatkan badan serta antisipasi masuk angin karena malamnya saya tak bisa tidur dan berkali-kali hampir muntah.
Rabu (7, 9/11) pagi pukul 04.00 kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Kali ini Yoga tak bisa melanjutkan perjalanan. Pendaki dari Surabaya sudah berangkat mendahului kami . Yoga ditemani Pak Kamen di Pos VII.
Hampir 1 jam kami berjalan, tibalah kami di Pelawangan. Dari Pos VII tadi, kami memang hanya membawa daypack yang berisi makanan kecil dan minuman karena selepas Pelawangan jalan akan sangat menanjak. Seperti halnya dengan gunung vulkanik lain yang masih aktif, kondisi medan dipenuhi oleh pasir dan kerikil yang sangat licin dan berbahaya. Di sini sunrise terlihat, kami memanfaatkan momentum ini untuk mengambil gambar.
Setelah lebih dari 1 jam bergulat dengan medan yang penuh batu, pasir dan kerikil, tibalah kami di puncak Slamet, 3432m.
Matahari bersinar terang di puncak. Angin di sini bertiup cukup kencang dan dingin. Awan yang mengelilingi kami seolah-olah berbentuk seperti kapas. Gunung Sindoro, Sumbing, dan Ciremai gagah berdiri di hadapan kami. Di bawah kami, letupan asap dari kawah menggoda kami untuk mengunjunginya. Saya, David dan Rudy memutuskan untuk berkunjung ke kawah setelah turun melewati bebatuan terjal dan lautan pasir. Sementara itu Bernard memutuskan untuk kembali ke Pos VII.
Tak lama kami di kawah karena Pak Kamen yang menyusul ke puncak telah menunggu. Selepas naik dari kawah, kami memutuskan untuk kembali ke Pos VII. Sebelum turun, tak lupa kami mengabadikan kenangan di puncak ini untuk yang terakhir kali.
Sekembalinya di Pos VII, kami memasak nasi goreng dengan nasi yang telah dibuat tadi dan bumbu racik yang telah saya siapkan. Tak lama setelah sarapan, kami packing dan memutuskan untuk turun karena air yang tersisa tinggal setengah botol dan itu untuk bekal berlima. Pak Kamen dan pendaki Surabaya telah turun mendahului kami. Rasa-rasanya tak mungkin berharap untuk mengemis air dari mereka.
Rudy, David berada yang terdepan untuk turun, saya menguntit di belakangnya, disusul oleh Yoga dan Bernard. Sengaja kami memang mengambil gap untuk menghindari debu.
Perjalanan turun terasa lebih cepat karena kami berlari. Dalam perjalanan turun ke Pos IV, Rudy mulai kewalahan karena beban berat (dome) yang dibawanya. Saya dan David memutuskan untuk meninggalkan Rudy dengan konsekuensi tak membawa air. Kami berdua turun dengan gesit bagaikan ular hingga akhirnya tiba di Pos I. Di sini saya bertemu dengan Pak Kamen dan pendaki dari Surabaya tadi. Tak tahan akibat haus, kami berdua memutuskan untuk turun lebih dulu. Kami akhirnya sampai di base camp pukul 02.00 setelah menempuh perjalanan 3 jam lebih dari pos VII tadi. Di sini kami langsung membeli air untuk melepas dahaga yang mencekik, tak lupa pula minum kuku bima biar Roso…!
Epilogue
Setelah ditunggu hampir 1 jam, tiga teman kami belum juga turun. Sembari membersihkan tubuh yang penuh dengan debu, saya putuskan memasak sarden dan air untuk mengisi perut dan menghabiskan bekal yang masih tersisa. Sesaat kemudian, Yoga dan Bernard datang. Kami benar-benar dirundung gelisah ketika waktu menunjukkan pukul 04.00. Rudy yang dinanti tidak kunjung turun, bermacam prasangka menggelayuti kepala kami. Gap yang lebih dari 2 jam adalah sebuah keanehan mengingat Rudy sebenarnya merupakan pendaki yang cukup gesit. Pikiranku jelas melayang jika dia mungkin dehidrasi mengingat air dibawa oleh Yoga. Mungkin juga dia jatuh terpleset, tersesat, atau diserang Negara Api.
Karena angkot yang mengantar kami dari Serayu kemarin telah datang dan siap untuk menjemput kami, David akhirnya memutuskan untuk kembali mencari. Dan dengan bekal peta yang ia pinjam dari Dora the explorer, David akhirnya menemukannya di perkebunan warga. Rudy ternyata kesleo dan berjalan lambat bagai siput dengan menggunakan tongkat.
Yah, memang inilah mendaki gunung. Ibarat sebuah perziarahan, kita melangkahkan kaki untuk mencapai tujuan. Dari sini kita bisa merefleksikan diri bagaimana perjalanan hidup ini yang sebenarnya, ada susah, senang, terjal, berliku bahkan terjatuh.
Oleh sopir angkutan tadi, Pak Aang (Nama samaran), kami serombongan bersama dengan pendaki Surabaya dan pendaki dari Bekasi di antarkan sampai ke Terminal Purwokerto yang berjarak hampir 3 jam karena sempat mampir dulu di stasiun. Meskipun lelah, kami sempat juga membicarakan segala hal termasuk tentang kota ini, Purbalingga-Purwokerto, disertai canda dan logat bahasa Jawa ngapak khas Banyumasan.
Dari terminal, kami langsung menuju Jogjakarta dengan menggunakan bus patas AC. Lewat tengah malam kami tiba di Giwangan kembali setelah menempuh 3 jam perjalanan. Kami tertahan cukup lama di Giwangan untuk makan malam dan bercerita soal pendakian kali ini.
Kamis pagi (8, 9/11) Pukul 04.00 kami pulang ke Solo via SK. Secara kebetulan, kami bertemu lagi dengan pendaki yang berasal dari Surabaya tadi, baru diketahui bahawa nama ketiga pendaki tadi adalah Yuko, Saka dan Katara.
Rincian Perjalanan
Pergi
- Solo-Jogja
2 jam, 15ribu. Tarif lebaran, jalan masih macet
- Makan siang
angkringan belakang terminal
5ribu
- Jogja-Purwokerto
6jam, Bus Ekonomi, 40ribu.
- Purwokerto-Bobotsari (Turun di pertigaan Serayu)
1,5 jam , 20ribu, Mikrobus
- Makam malam
Sate kambing 2 porsi untuk 5 orang, 40ribu
- Serayu-Bambangan
Sewa angkot 90ribu
Pulang
- Bambangan-Purwokerto
3 jam, Sewa angkot per orang 30ribu
- Purwokerto-Jogja
3 jam, 50ribu, Chitra-Adi AC patas
- Makan Malam-Pagi
10ribu, angkringan belakang terminal
- Jogja-Solo
1jam, 8ribu, Sumber Kencono
Sesekali aku masih mengingatnya. Ntah kenapa. (ah bahasa lebay, bahasa sok puitis, sok romantis padahal dalemanya gangster, wkwkwk )
Dari kejadian terakhir itu aku mencoba belajar. Aku menemukan diriku adalah seorang yang kuper, bergaul hanya pada satu kelompok, dll. Aku mencoba memperbaiki diriku dari hal pergaulan. Aku ingin mengenal banyak orang dan bisa menjadi teman. Usahaku dimulai dari melamar sebagai anggota staff Badan Legislatif Mahasiswa, yahh Alhamdulillah di terima sebgai staff di bagian publikasi. Usahaku tak berhenti sampai di situ saja, aku mencoba masuk ke Badan Eksekutif Mahasiswa. Aku mulai mendekati dan berkenalan dengan anggota BEM, banyak dari mereka sekarang jadi temanku. Enak lah kalau ketemu mereka yang doyan politik , bahas masalah politik di indonesia, yang doyan sejarah bahas sejarah. Dari situ aku dapat pengetahuan banyak, tidak hanya pengetahuan formal saja tapi pengetahuan informal seperti cara bicara, cara berdebat, dan cara cara mempengaruhi pemikiran seseorang. And then aku juga ikut beberapa komunitas seperti renang, komunitas anti korupsi, dll. Di komunitas anti korupsi ada kegiatan kuliah umum di KPK, enak kan, bisa tiap minggu datang ke KPK mendengar kuliah dari pejabat KPK. Harapanku aku lebih bisa bergaul dan punya jaringan yang luas. Akhir oktober ini aku ada rencana mau ikut kaderisasi HMI, alasanku ikut HMI karena networking HMI bersifat keluar kampus, aku bisa mengenal orang orang dari UI, ITB, ITS, dll. Bukan hanya untuk sekedar belajr bergaul, tapi untuk kedepanya aku akan sangat membutuhkan orang orang ini. Kehidupanku sekarang berubah drastis, dari seorang yang gemar game online menjadi aktivis. Tentunya aktivis yang tidak berdemo dong, demo itu percuma menurutku karena yang kita demo saja tidak mendengar. Aku malah lebih cenderung ke kajian kajian strategi, dimana disitu didapatkan pemecahan masalah.
Ada satu lagi kegiatan yang aku ikuti dan yang membuatku kecanduan. Naik gunung. Coba deh kegiatan satu ini, lho bakal kecanduan abis dan pengen segera naik lagi setelah turun. Pelajaran berharga dari naik gunung adalah rasa solidaritas tim dan rasa pantang menyerah. Kemaren naek di gunung tertinggi kedua di jawa, dari sekitar 6 KM track menanjak, di 1,5 KM di awal atau 2,5 jam perjalanan kakiku dah kram, namun dari dukungan kawan kawan kami bisa sampai di pos terakhir dengan waktu 9 jam an. Disitu saya diajari cara memotivasi diri dan mengembangkan rasa berbagi. Asik deh pokoknya
Tentang wanita, semenjak ditolak malam itu, aku lebih sering meluangkan waktuku di depan komputer baca tentang politik dan juga olahraga. Pernah jam 11 malam aku teringat dia dan rasanya yahh sakit gitu, akhirnya aku ambil bola basket lalu basket di lapangan komplek,, ehhh di marah marahi sama satpam katanya ganggu orang tidur saja.. ahahaha. Aku mecoba mengalihkan semua perhatianku ke masalah negara. Aku sadar aku adalah calon abdi negara. Aku harus tahu tentang kondisi negara sebelum aku masuk sebagai abdi negara. Malahan sekarang aku lebih acuh dengan urusan yang namanya cinta. Sudah lebih dari 2 bulan ini aku sudah jauh dari rasa suka , rasa cinta, ataupun rasa rasa terhadap wanita. Setelah kupikir ternyata hal itu tejadi karena kesibukanku. Menulis blog(blogku banyak hloo gak Cuma ini, ada 3/ 4 klu gak salah), nyari artikel, ngerjain tugas kuliah, nongkrong sama anak anak(ini nih yang paling asik), dll.
Namun yang namanya manusia tak lepas dari yang namanya masa lalu. Terkadang aku juga masih ingat dia disana. Kemaren urusan try out aku dapet jatah jualan tiket di SMA ku dlu karena aku alumni dari sana, parahnya lagi ketua pelaksanaya sendiri yang minta aku jaga disana, usut punya usut ternyata yang lain pada gak mau jualan tiket. Bahhh... padahal udah ngincer di SMA 7,, tak apalah demi kawan aku akan berjuang.. waktu itu pulang sekolah dan aku berjaga di meja gerbang depan. Kulihat dia mau pulang lewat gerbang depan, deg deg an juga tuh antara nyapa dan tidak, akhirnya kuputuskan tidak menyapa dan berpura pura baca SMS.. kwkwkw
Ntah kenapa aku seperti ingin tertawa kalau ingat masa masa itu masa masa ketika aku masih mengejarnya. Dimana dia bidadarinya dan aku pangeran yang terus ngemisss cinta padanya,, Bahkan aku sangat ingin menuliskan dalam sebuah buku kisah ku itu.. namun aku urungkan niatku dan bahkan artikel dalam blogku yang isinya tentangnya sudah aku hapus, , sudah cukup memori itu tersmpan jelas di otak ku.
Aku terlalu berharap dia jadi istriku kelak,, wkkwkwkw aku jadi ingat ucapan temen seperjuanganku di kampus ini ketika dia putus dengan pacarnya,,”bro,aku itu orangnya keras, kehidupanku itu keras, umurku masih terlalu muda untuk menikah, aku masih punya banyak cita cita yang ingin di capai sebelum menikah, kalau mereka tidak kuat dengan kerasnya kehidupanku, lebih baik tidak usah bersamaku”.. kurang lebih begitu ketika dia kutanya kenapa kok bisa putus dengan pacarnya. Hal itu sangat menginspirasiku. Kesenangan laki laki itu tidak hanya pada wanita, tapi obsesi tentang kesuksesan itu juga bisa menjadi kesenangan tersendiri.
Ya memang benar katanya mungkin suatu saat kami bisa bertemu lagi, itu seperti mencari jarum di pantai alias 0,000000000001% klu dalam bahasa matematikanya limit. Dalam kisah drama korea sih 88% , tpi ini duniia nyata broo, hidup di dunia nyata itu tanpa asumsi,, yah mungkin terjadi jika memang takdir,,
Sekarang aku tahu dan ingin berbagi nasehat kepada para blogger mania yang berkunjung ke blog tua ini, orang yang sakit orang yang terluka orang yang ingin mati orang yang bersedih hebat ketika cintanya di tolak itu adalah orang orang yang kuper. dia hanya melihat dunia dalamsebuah teropong saja. Padahal dunia itu luas seluas mata kita memandang bebas. Orang kuper tidak punya banyak teman wanita cantik, bukan hanya itu saja, cowok kuper tidak siap menghadapi dunia. Laki laki itu pemimpin /pembuat keputusan. Klu memutuskan masalah pribadi saja tidak bisa gimana mo mimpin orang lain. Buat laki laki sebelum pacaran sebaiknya bercermin dulu deh, bukan jelek / gantengnya tampang, tapi karakter. Saya yakin wanita itu ingin laki laki yang bisa memimpinya. Kalau gak mau sakit hati karna cinta, perluas pergaulan baru cari pacar cuz klu tidak kamu Cuma akan terperangkap dalam emosi yang kamu ciptakan sendiri. Ingat kita itu laki laki, laki laki berpikir dengan logika dan bukan perasaan. Kendalikan tuh perasaan ma nafsu juga, itu masalah utama kenapa laki laki sakit hati. Menginginkan seseorang jadi pacar berarti ngarep, orang ngarep itu sudah gak berpikir dengan logika. Aku sendiri sekarang gak ada niat pacaran, punya temen cewek banyak itu rasanya sama kok kek pacaran, bedanya ya kita gak isa nyentuh atau pegang pegang aja, tapi disisi lain kita bisa curhatan sama mereka, bercandaan sama mereka. Kemaren aja gue abis makan n karokean ma cewek cewek cantik kok. N rasanya happy isa tertawa tertawa ampe berjam2 liat kekonyolan mereka. Apalagi pas karokean,, jiah gokil abis cewek nyanyi lagu lagi gokil kek cari jodoh dll..
Banyak dari teman saya punya pacar itu untuk sekedar status “laku”.. hahaha ,, itu pemikiran primitif, emang kita barang jualan apa kok ada kata laku nya. Hahaha
Sekedar nasehat saja, cewek itu sama seperti kita, mereka juga manusia yang punya keinginan dan kebiasaan sama seperti kita. Jadi jangan pernah menanamkan mindset mereka adalah bidadari, itu salah broo. Bergaul sewajarnya saja kalau bisa hindari pacaran pegang pegangan, sentuh setuhan. Klu dah ngebet nikah aja, gampang kok nikah, Cuma minta restu ortu lalu ijab deh.
Demokrasi itu sampah. Tahu kenapa? Karena pada prinsip demokrasi, kebenaran itu adalah suara mayoritas ataua suara terbanyak. Sering kita jumpai dimana negara negara di dunia yang mengatasnamakan demokrasi sebagai dewa mereka malah hancur berkeping dimulai dari aspek sosial sampai aspek pemerintahan. Dalam demokrasi, membunuh orang lain itu halal, membantai orang lain itu halal, bahkan memusnahkan suatu kaum itu halal dengan syarat dewan parlemen menyetujui undang undang yang menghalalkan pembantaian.
Masyarakat awam selalu berpikir demokrasi adalah sistem terbaik bagi negaranya, tapi jika kita menelisik lebih jauh, demokrasi sebenarnya merupakan alat untuk merancukan/menutupi keculasan para pemimpin. Dalam hukum perpolitikan, jika rakyat lemah maka pemerintah kuat dan sebaliknya. Dalam demokrasi rakyatlah yang kuat, iya rakyat kuat dalam teorinya. Tapi dalam praktek rakyat ditipu oleh bajingan bajingan politik yang menyenangkan rakyat dengan propaganda bangsatnya dengan laporan laporan keberhasilanya yang di klaim secara sepihak itu. Pemerintah seperti bergerak di balik layar lalu muncul dengan keberhasilan, menyiapkan konspirasi, dimulai dari munculnya masalah sampai penyelesain yang dilakukan pemerintah dengan ending pemerintah menjadi pahlawan itu telah disusun rapi melalui komunikasi komunikasi gelap yang jika ada orang mencoba masuk dan membongkar jaringan gelap itu , maka orang tersebut akan berakhir di penjara atau bahkan di bunuh di tempat. Tak lepas dari aparat penegak hukum tentunya.
Saya lebih setuju socrates yang menyatakan bahwa demokrasi itu cocok untuk ruang lingkup kecil namun bukan negara. Negara harus di pimpin oleh orang yang punya karakter kuat dan tidak mudah tunduk pada kemauan rakyat. Pemimpin harus memiliki karisma. Salah satu ciri pemimpin yang punya karisma adalah pemimpin yang di dukung oleh rakyatnya dalam proses pemerintahanya, bukanya pemimpin yang di hujat dengan hujatan “sang kebo lemot”. Pemimpin lemot tidak pantas jadi pemimpin bahkan jadi manusia pun menurut saya tidak pantas. Apalagi kalau pememimpin sperti itu tidak memiliki karakter, hari ini bilang mendukung dalam praktek malah menghalang halangi, cara cara seperti ini saya sebut dengan “pemerintahan tangan besi versi leluconya”. Tiap hari disuguhi pidato tentang pencitraan, tentang propaganda, tentang curhatan pribadi. Kita lihat bung karo di bom pake granat, apa dia curhat? Apa dia bilang pada rakyat “hari ini saya di bom oleh orang yang tidak suka pada saya hikz hikz”??? apa kita pernah dengan ahmadinejad mengeluh mau di bunuh? Apa kita pernah dengar hugo chaves mengeluh dimata matai amerika? Apa pernah kita lihat videl castro mengeluh mau di bunuh oleh orang orang amerika. Jawabanya tidak, bukan karna informasi itu tidak sampai pada kita karna kita beda negara, tapi karena mereka adalah pemimpin yang kuat, pemimpin yang berkarakter yang berprinsip kuat.
Kembali ke sistem demokrasi. Apa sih hebatnya demokrasi?? Kebebasan berpendapat?? Siapa bilang berpendapat itu bebas, berpendapat itu dibatasi sesuai undang undang brooo.. beda dengan demokrasi nya amerika dan eropa, disana sangat bebas, kritikan tajam bahkan joke tentang presiden saja boleh. Siapa bilang demokrasi itu murni diterapkan. Kalau demokrasi benar benar di terapkan , badan intelejen itu tidak dibutuhkan di dalam negeri. Siapa bilang kekuasaan di tangan rakyat?? Kekuasaan itu mutlak di tangan pemimpin. Kalau kekuasaan benar benar di tangan rakyat, pasti rakyat menginginkan pajak 0 persen dan pemberian tunjangan kepada rakyat miskin. Mau bukti?? Penurunan tingkat pajak dan tunjangan kesehatan adalah faktor utama yang membuat obama jadi presiden amerika. Inilah bukti betapa rakyat ingin yang enak enak.. Nyatanya pajak di negara bukan berdasarkan keinginan rakyat. Kalau menurut saya yang notabene adalah masyarakat, kita bisa subtitusi tagihan pajak rakyat miskin di tanggung oleh orang kaya dalam artian pajak hanya berlaku bagi orang kaya.
Kemarin saya membaca sebuah berita, disitu diceritakan tentang parlemn sebuah negara... begini ceritanya. Jadi suatu ketika ada program yang di bahas dalam parlemen tentang korupsi yang menyangkut seorang anggota partai “A” yang notabene adalah partai yang di pimpin oleh presiden di negara itu. Partai lain mati matian supaya koruptor itu di penjara. Disisi lain ketika rapat anggaran APBN negara itu di indikasikan ada korupsi, semua anggota rapat itu saling membela. Wah hebat nian politikus jaman sekarang. Masalah duit dari lawan bisa jadi kawan..hahaha
Penolakan kaisar Persia membuat air mata Saad bercucuran. Berat baginya melakukan peperangan yang harus mengorbankan banyak nyawa kaum Muslim dan non Muslim. Kepahlawanan Saad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan Islam melawan melawan tentara Persia di Qadissyah. Peperangan ini merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam.....
Saad bin Abi Waqqas: Panglima Perang Umat Islam
Penolakan kaisar Persia membuat air mata Saad bercucuran. Berat baginya melakukan peperangan yang harus mengorbankan banyak nyawa kaum Muslim dan non Muslim. Kepahlawanan Saad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan Islam melawan melawan tentara Persia di Qadissyah. Peperangan ini merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam.
Sejarah perkembangan peradaban Islam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: priode klasik (650 -1250 M), priode pertengahan (1250 – 1800 M) dan priode modern (1800 – sekarang).Yang dimaksud abad pertengahan ialah tahapan sejarah umat Islam yang diawali sejak tahun-tahun terakhir keruntuhan Daulah Abbasiyah (1250 M ) sampai timbulnya benih-benih kebangkitan atau pembaharuan Islam yang diperkirakan terjadi sekitar tahun 1800 M.Priode pertengahan ini juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu masa kemunduran I (1250 – 1500 M) dan masa tiga kerajaan besar (1500 – 1800 M).B.
MASA KEMUNDURAN I (1250 -1500 M.)
Imam Bukhari (semoga Allah merahmatinya) lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju’fiy Al Bukhari, namun beliau lebih dikenal dengan nama Bukhari. Beliau lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan Persi yang masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya, Mughoerah, telah memeluk Islam di bawah asuhan Al-Yaman el-Ja’fiy. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo’a untuk kesembuhan beliau. Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah, menjelang usia 10 tahun matanya sembuh secara total.
Pemisahan agama dari urusan kenegaraan. Iaitu mendirikan kehidupan kosong dari
panduan agama.
Sekularisme mengakui kekuasaan yang mutlak, hak yang mutlak bagi umat
manusia,apa yang dihalalkan oleh manusia ia adalah halal sekalipun semua agama
langit bersepakat tentang pengharamannya.
Dasar rasmi dalam perundangan ialah penggubalan perundangan,u’ruf,asas
perundangan semula jadi, asas perundangan Islam, kaedah-kaedah keadilan,
mengutamakan u’ruf,penggubalan undang-undang dalam menentukan suatu hukum
dan membelakangkan asas-asas syariat Islam.
Undang-undang keseksaan ( Hudud dan Qisas) ditinggalkan sama sekali.
Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar. Nabi Muhammad SAW |
Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia. Nabi Muhammad SAW |
Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian. Nabi Muhammad SAW |
Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal. Imam Al Ghazali |
Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar. Khalifah 'Umar |